Minggu, 24 Oktober 2010

Spirit Pengorbanan dalam Idul Adha

Spirit Pengorbanan dalam Idul Adha

IDUL Adha adalah hari penuh kemenangan besar. Dalam hari yang dirayakan kaum muslimin seluruh dunia itu terkandung nilai kepatuhan dan keikhlasan saat menjalankan perintah Allah SWT. Idul Adha adalah wujud keikhlasan yang tak tertandingi.

Ia adalah hari ketika ajaran Nabi Ibrahim AS menjadi teladan. Ia juga menjadi salah satu monumen terbesar umat manusia untuk menandai betapa dalam menjalankan perintah Sang Pencipta, manusia harus ikhlas merelakan apa pun yang paling berharga dalam hidup. Termasuk melepas anak terkasih bila itu memang dikehendaki Sang Khalik.

Dan ritual penyembelihan Ismail oleh sang ayah, Ibrahim, menjadi salah satu hikmah terpenting dari hakikat Idul Adha. Di sana ada kepatuhan, ketulusan, dan keikhlasan. Di sana ada pula spirit untuk berkorban. Itulah contoh pengorbanan terbesar yang pernah dilakukan hamba Allah.

Spirit pengorbanan dengan bobot sekaliber Ibrahim saat menyembelih sang anak, Ismail, adalah amal langka dalam konteks kekinian. Ia menjadi sebuah kemustahilan, bahkan keajaiban.

Pada era ketika individualisme meraih pencapaian tertinggi di puncak kejayaan materialisme seperti sekarang ini, spirit pengorbanan lebih bermakna ziarah kepada egosentrisme.

Kini hal-hal yang menyangkut pengorbanan telah banyak yang hilang digantikan dengan spirit mengabdi kepada motif mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Semua dilakukan dengan pamrih yang kian lama kian menjauhkan individu dari ikatan-ikatan sosial. Idul Adha mengandung spirit untuk menautkan kembali ikatan-ikatan yang telah terlepas itu.

Karena itu, spirit yang terlahir sekian ratus tahun lalu itu menjadi sangat relevan hingga hari ini. Dalam konteks Indonesia, semangat ini bahkan telah menjadi sebuah urgensi. Banyak persoalan bangsa muncul akibat lemahnya spirit untuk berkorban bagi orang lain, spirit untuk berkorban bagi sesama.

Yang jauh lebih menonjol dalam kehidupan sehari-hari sekarang adalah semangat untuk menang sendiri, kaya sendiri, berkuasa sendiri, dan benar sendiri. Spirit seperti ini sudah barang pasti tak menghiraukan penderitaan sesama.

Korupsi, kolusi, dan konspirasi adalah fenomena yang terlahir dari dominasi tata nilai seperti itu. Dan menjadi sebuah kelaziman bila sebagai dampaknya lahirlah penyakit-penyakit sosial. Seperti kemiskinan, kebodohan, kejahatan, keterbelakangan, dan ketertindasan.

Adalah saat yang tepat bagi bangsa ini untuk mengambil hikmah atas hakikat Idul Adha. Tepat karena bangsa ini masih berkubang dalam krisis setelah terpuruk hampir satu dekade. Tepat pula karena di seluruh penjuru negeri kian banyak saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang membutuhkan uluran tangan akibat kehidupan yang serbakekurangan.

Korban tsunami di Aceh dan Sumatra Utara masih banyak yang didera nestapa. Juga korban gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah, korban banjir di Sumatra, dan korban lumpur panas di Sidoarjo, gempa disumbar yang meluluh lantakkan pariaman dan sekitarnya dan masih banyak lagi bencana yang melanda bangsa ini. Semua kenestapaan itu menunggu pengamalan atas spirit yang membebaskan.

Selasa, 13 Juli 2010

Rajab Bulan Penuh Kemuliaan




Rajab Bulan Penuh Kemuliaan

Kini kita telah berada di bulan Rajab, salah satu bulan istimewa dalam kalender islami. Kata Rajab berasal dari kata at-tarjib, yang berarti "penghormatan" (at-ta'zhim). Barangkali rahasia penamaan ini karena orang-orang Arab mengkhususkannya dengan berbagai penghormatan.

Beribadah di bulan Rajab memiliki ganjaran yang sangat besar, terutama dengan berpuasa serta beristighfar dan bertaubat dari dosa-dosa. Dan malam pertama bulan Rajab merupakan malam yang istimewa, sebab doa sangat besar kemungkinan diterimanya di malam ini. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Ada lima malam ketika doa di malam-malam itu tidak ditolak: malam pertama bulan Rajab, malam Nishfu Sya'ban, malam Jum'at, malam `Idul Fithri, dan malam nahar (Idul Adha)."

Demikian hadits yang disebutkan oleh As Suyuthi dalam Al-Jami' Ash Shaghir riwayat Ibnu 'Asakir dari Abu Umamah.

Bulan Rajab merupakan awal rangkaian tiga bulan yang istimewa dan mulia, yaitu Rajab, Sya`ban, dan Ramadhan. Hadits mengenai keutamaan ketiga bulan ini pun cukup banyak. Di antaranya, "Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah Adapun Sya`ban, itu adalah bulanku, sedang Ramadhan adalah bulan umatku." (Disebutkan dalam Musnad Al Firdaus dari Anas bin Malik ra.)

Dengan memasuki bulan Rajab, berarti saat-saat kedatangan bulan Ramadhan semakin dekat. Agar nantinya kita dapat memanfaatkan bulan suci itu dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak ibadah, persiapannya mesti dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelumnya, khususnya ketika memasuki bulan Rajab. Salah satu caranya adalah dengan menyucikan diri dengan banyak beristighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan bulan Rajab memang salah satu saat yang terbaik untuk banyak beristighfar.

Bertaubat dan memohon ampun memiliki berbagai manfaat dan keutamaan. Salah satunya adalah memudahkan rizqi, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, "Banyak memohon ampun dapat menarik (mendatangkan) rizqi." Sedangkan dalam ayat Al-Quran dikatakan, "Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta dan anakanakmu, dan mengadakan untukmu kebunkebun dan dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh: 10-12).

Rasulullah SAW juga bersabda, "Perbanyaklah istighfar oleh kalian, karena, barang siapa membanyakkannya, Allah akan memberinya kelapangan dari setiap kedukaan dan kesedihan serta menganugerahinya rizqi yang tak disangka-sangka." Dalam Sunan Abi Dawud dan Sunan Ibnu Majah terdapat hadits dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa merutinkan istighfar, Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kelapangan dari setiap kesedihan, dan memberinya rizqi yang tak diduga-duga."

Di antara doa yang sangat baik untuk kita amalkan sepanjang bulan Rajab adalah doa singkat berikut: Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'ban wa ballighnaa ramadhan
"Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan."

Rajab Bulan yang Mengandung Peristiwa Besar

Secara etimologis, Rajab mengandung makna "kebesaran" atau "kemuliaan". Bulan Rajab berarti bulan yang mengandung peristiwa besar, dan sangat dimuliakan. Tak hanya masyarakat Arab pasca-Islam yang menamai bulan ini Rajab. Zaman sebelum Islam diturunkan, masyarakat Jahiliyah telah menamai bulan ini dengan nama itu. Mereka memuliakan bulan ini dengan mengharamkan peperangan atau pertumpahan darah. Rasulullah SAW pun kemudian menetapkan kebiasaan tersebut. Beliau mengharamkan pertumpahan darah di bulan Rajab.

Oleh karena itu, Rajab juga disebut Rajab al-Haram, karena termasuk salah satu di antara empat bulan haram, yaitu bulan yang diharamkan melakukan peperangan di dalamnya. Bulan-bulan tersebut adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Ia juga dinamakan Rajab al-Fard, karena terpisah sendiri dari tiga bulan haram lainnya yang berurutan dan berada pada lima bulan setelah bulan lainnya.

Nama lain bulan Rajab adalah Rajab Mudhar. Dinamakan demikian karena suku Mudhar sangat mengagungkan bulan ini dan amat menjaga kehormatannya.
Dalam sebuah risalahnya yang berjudul Tabyin al-'Ajab bima Warada fi fadhli Rajab, Al-Hafizh Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar Al-Asqalani menyebut nama lain bulan Rajab dengan 18 nama. Yang terkenal adalah 'Al-Ashamm" (yang tuli), karena tidak terdengarnya gemerincing pedang yang saling beradu, disebabkan karena Rajab itu termasuk bulan haram yang diharamkan adanya peperangan. Nama unik lainnya "Munashil al-Asinnah"(keluamya gigi), dengan maksud makna senada dengan nama pertama disebutkan, yakni anak panah besi yang dicopotkan seperti mencabut gigi.

Nama lainnya Al-Ashabb (limpahan), karena limpahan rahmat yang banyak diturunkan pada bulan itu.
Keutamaan Rajab termasuk dalam keumuman fadhilah bulan-bulan haram (Al-Asy-hur AI-Hurum), sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua betas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumf, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa." (QS At-Tawbah: 36).

Perincian empat bulan ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan AlBukhari dan Muslim, yakni tiga bulan yang berurutan (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram), dan satu bulan terpisah, yakni Rajab, yang terletak di antara bulan Jumadil Akhirah dan Sya'ban.
Bulan Rajab mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa bersejarah. Di antaranya hijrah pertama dalam sejarah Islam, peristiwa Perang Tabuk, peristiwa Isra dan Mi'raj, dan kelahiran ulama besar Imam Asy-Syafi'i.

Kedekatan Hati dengan Nabi
Saat kaum kafir Quraisy meningkatkan tekanan dan ancaman terhadap Rasulullah SAW dan para pengikutnya, beliau memerintahkan sebagian sahabat dan keluarganya untuk hijrah ke Habasyah.

Perintah itu turun ketika beberapa orang sahabat mengadukan perbuatan zhalim dan hinaan kaum kafir Quraisy yang kelewat batas. Tujuan hijrah ini di antaranya demi menjaga keselamatan iman dari ujian yang berat, menjaga keselamatan diri dari penganiayaan fisik, serta untuk merencanakan dan mengawali langkah barn bagi perjuangan Islam di mass berikutnya.

Habasyah, atau Abessinia, adalah nama kuno Ethiopia. Bangsa Habasyah adalah keturunan bangsa Semit. Bahasa mereka, Amhariyah, serumpun dengan bahasa Arab. Mayoritas penduduknya beragama Nasrani.

Pilihan Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Habasyah karena rakyatnya beragama Nasrani, yang juga monotheis, dan raja mereka, Najasyi, adalah seorang yang bijak dan memiliki kedekatan hati dengan Nabi SAW. Sikap bijak dan memberikan perlindungan Najasyi tampak saat utusan kafir Quraisy, Amr bin Ash dan Imarah bin Walid, ditolak mentah-mentah untuk menyerahkan kaum muslimin yang berlindung kepadanya.

Raja Najasyi juga amat terharu dengan uraian sahabat Ja'far bin Abu Thalib, yang, saat memimpin sahabatsahabat lainnya berhijrah, berhadapan dengan sang raja dan menuturkan keindahan syari'at Islam tentang shalat, puasa, zakat, dan akhlaq. Kekaguman Raja Najasyi kepada Nabi SAW, para sahabat, yang sangat teguh mengiringi langkah Nabi SAW, dan ajaran Islam, membuatnya berbangga hati negerinya dijadikan tempat hijrah tersebut. Bahkan, raja ini menyatakan keislamannya pada tahun 7 H/630 M.

Kedekatan Nabi SAW dengan Raja Najasyi juga tampak pada tahun 3 H/625 M ketika Nabi SAW tidak bisa menghadiri pernikahannya dengan Hafshah binti Umar bin Al-Khaththab, Raja Najasyi berkenan mewakili beliau. Kemudian ketika Nabi SAW sudah menetap di Madinah dan mendengar kabar mangkatnya Raja Najasyi, beliau menyelenggarakan shalat jenazah untuk menghormati jasa-jasanya bagi kaum muslimin.
Hijrah ke Habasyah terjadi dua kali. Pada hijrah yang pertama, ada 10 laki-laki dan lima perempuan. Di antara mereka ialah sahabat Utsman bin Affan dan istrinya, putri Nabi (Ruqayyah), Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Utsman bin Mazh'un. Mereka menuju Habasyah dengan menyeberangi Laut Merah dan mengarungi padang pasir yang kering dan tandus.

Perang Tabuk
Perang Tabuk atau Ghazwah Tabuk merupakan salah satu peristiwa peperangan terbesar dalam sejarah Islam pasca-hijrah yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW. Perang tanpa darah ini merupakan peperangan terakhir bagi beliau. Perang ini terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriyyah/Oktober 631 M.
Keadaan cuaca saat itu sangat panes dan terik. Medan tempur itu, Tabuk, laksana butiran pasir yang berdebu dan menyilaukan. Ini padang pasir yang sangat gersang yang berada di utara Semenanjung Arab, jauh dari Makkah dan Madinah.

Kaum muslimin bergerak dengan kekuatan 30.000 bala tentara, termasuk 10.000 pasukan berkuda. Pasukan besar ini dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW sendiri. Sedangkan lawan, tentara Romawi, dipimpin raja dan panglima perang Heraclius.

Sesampainya di Tabuk, Rasulullah SAW bersama pasukan Islam mengadakan "perjanjian perdamaian" dengan penduduk di sekitar Tabuk. Rasulullah memberi jaminan keamanan kepada mereka selagi mereka tidak berbuat makar terhadap kaum muslimin yang tengah bersiap menghadapi peperangan ini. Seorang penguasa Ilah (sebuah kawasan dekat Tabuk) yang bemama Yuhana bin Ru'bah datang meminta perdamaian kepada Rasulullah SAW. la dan penduduk Ilah sanggup membayar jizyah.
Kesanggupan membayar jizyah dan mendapatkan perlindungan Rasulullah SAW juga diterima balk oleh penduduk Jarba dan Azruh. Rasulullah juga turut mengantar Surat tawaran tersebut kepada setiap kawasan di sekitar Tabuk.
Tujuan Rasulullah berbuat demikian untuk menguatkan perpaduan dan benteng pertahanan Islam, di camping menyampaikan dakwah Islamiyah Berta menyekat pergerakan musuh supaya tidak menggunakan perbatasan Syam sebagai pangkalan perang.

Akhirnya semua kabilah Arab di Tabuk menerima tawaran Rasul itu dengan tangan terbuka.
Hasilnya, tentara Islam di Tabuk semakin kuat dan berjaya memblokade gerak pasukan Romawi. Bahkan pasukan Romawi ketakutan dan beringsut dari medan nan gersang itu, lantaran melihat jumlah pasukan muslimin yang sedemikian besarnya.
Setelah semuanya berlangsung se-lama 20 hari tanpa pertumpahan darah setetes pun di Tabuk, pasukan muslimin beserta Rasulullah SAW kembali ke Madinah.

Sumber : Majalah alKisah no. 12/Tahun VIII/14-27 Juni 2010

Jumat, 07 Mei 2010

Infomasi LK 1 Komisariat Pers. STIA-AMIK DUMAI


Kamis, 04 Maret 2010

Menyikapi Insiden penyerangan Polisi ke HMI cabang Makassar


"Menyikapi insiden penyerangan aparat kepolisian

 ke Sekretariat HMI Makassar”

Oleh Edi Indra

Ketua Umum HMI Cabang Dumai

 

Hadir ditengah-tengah berkecambuknya peperangan, berderunya desingan peluru dan berKobarnya api revolusi Bangsa Indonesia, HMI dengan jiwa yang tak pernah luntur akan napas Islam telah lahir menampakan wujudnya kepermukaan menjadi teman sejati mendampingi Bangsa ini mengarungi samudra kehidupannya, sehingga wajarlah apabila HMI dapat dikatakan sebagai salah satu organisasi Kemahasiswaan penopang berdirinya Republik tercinta ini.

 

Bangsa Indonesia yang lahir dari sebuah kesepakatan dan cita-cita luhur yang menjujung tinggi akan nilai-nilai egaliter baik itu dalam kehidupan bernegara, agama, politik dll. Semua itu tersirat didalam mukadimah UUD 1945 walaupun semua itu lahir diatas perbedaan suku, agama maupun kearipan lokal yang dimiliki oleh setiap daerahnya. Namun dari paradigma diatas lambat laun sudah mulai terkikis dengan fenomena-fenomena kebangsaan seperti munculnya dis-integrasi, hancurnya toleransi antar agama bahkan toleransi pemahaman di dalam agama.

 Hal ini dibuktikan dengan beberapa hantaman yang menimpa keutuhan bangunan kepercayaan yang telah dibangun seperti kasus makar, kasus syara yang terjadi di beberapa daerah di tanah air seperti ambon, palu, dan lain-lain. Serta penyerangan aparat kepolisian ke sekretariat HMI Cabang makassar. Sebagai generasi muda yang memiliki semangat juang untuk mempertahankan kebenaran masih ada pihak-pihak yang kurang senang terhadap HMI. Secara Independen memang HMI merupakan salah satu penggerak dalam pengungkapan skandal Bank Century. Semenjak dari awal kita kawal sampai Grand Finalnya kemaren apakah karena itu ? Bebarapa oknum polisi tidak menyukai kami. Kami sangat mengecam tindakan ini apalagi langsung menyerang sekretariat HMI Cabang Makassar, tindakan penyerangan ini merupakan suatu hal yang sangat melanggar etika, bukankah para penegak hukum tahu hukum. Apakah ini solusi terakhir untuk melarang kami dalam menciptakan Indonesia Bersih ?. Kami jangan dipancing untuk anarkis dan brutal.  Kita menyadari kesemuanya itu tidak akan pernah dihentikan oleh siapapun sampai darah pun mengalir di Negeri ini.

Hukum harus ditegakkan di Negeri tercinta ini, yang bersalah tetap dihukum dan yang benar akan kita bela. Lalu dimana kearipan sosial bangsa ini yang selalu menjunjung nilai-nilai persatuan dan kesatuan sebagai negara yang utuh.

Kamis, 18 Februari 2010

KEMULIAAN HARI JUM'AT



KEMULIAAN HARI JUM'AT

 

Mengapa hari yang ini beda dengan hari yang itu ?

 

Segala yang ada di muka bumi adalah ciptaan Allah. Baik ruang ataupun waktu. Baik tempat maupun masa. Karena itu,di dalam Al Qur'an bisa didapati banyak ayat dimana Allah bersumpah atas nama waktu atau tempat.Misalnya firmanNya yang berhubungan dengan tempat, "Demi bukit (Thur)." (qs.AtThuur: 1). Atau firmanNya yang berkaitan dengan waktu, "Demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya.Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing."(At Takwir:17-18). Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Merupakan bukti kekuasaan Allah,adalah diciptakannya sebagian waktu lebih berharga dari waktu yang lain. Demikian juga tempat,ada yang diciptakan lebih bernilai dari tempat yang lain. Dalam konteks inilah,banyak orang yang salah,dengan mengkeramatkan waktu dan tempat tertentu,tanpa dasar apapun dari ajaran Islam. Padahal waktu dan tempat yang boleh kita anggap mulia atau 'keramat' adalah waktu dan tempat yang memang dijelaskan oleh Allah dan RasulNya sebagai waktu waktu atau tempat tempat yang mulia.

Di antara hari hari yang punya nilai lebih dalam Islam adalah hari Jum'at. Berkaitan dengan hari Jum'at ini,banyak sekali tuntunan dan ajaran Islam yang layak kita ketahui. Pada hari itu ada keutamaan-keutamaan yang tidak kita dapatkan pada hari yang lain. Pada hari itu ada ibadah ibadah yang tidak pernah akan dilakukan pada hari lain.

Namun kemuliaan hari Jum'at sering dinodai oleh sebagian orang. Dengan mengkhususkannya pada hal hal yang tidak ada dalilnya dan penjelasannya dalam Islam. Atau sebaliknya,justeru menjadikannya untuk melakukan hal hal yang dilarang Islam. Beberapa orang yang terbiasa berinteraksi dengan syetan,atau meminta tolong kepadanya,justeru banyak yang menjadikan hari Jum'at sebagai hari hari khusus untuk syetan. Terlebih bila hari Jum'at itu bertepatan dengan hari hari pasaran tertentu. Misalnya Jum'at kliwon.

Ini tentu dalam pandangan syariat Islam tidak bisa dibenarkan sama sekali. Berinteraksi dengan syetannya itu sendiri sudah tidak dibenarkan. Demikian juga menjadikan hari Jum'at sebagai waktu yang dipakai untuk itu. Hal itu akan menodai kemuliaan hari Jum'at. Oleh karena itu diantara ajaran Islam yang semestinya diketahui setiap muslim adalah hal hal yang berhubungan dengan hari Jum'at. Agar jangan sampai kita salah memaknai hari Jum'at. Alih alih kita dapat pahala dan kebaikan di sisi Allah swt, justeru dosa dan bencana yang kita terima karena salah memanfaatkan hari Jum'at. Bahkan lebih mengerikan lagi kalau bencana itu sampai di akhirat. Tentu ini sangat menakutkan.

 

Hari Jum'at memiliki keutamaan yg sangat banyak. Pada hari itu,seorang muslim bisa melakukan berbagai ibadah maupun kebajikan yg lebih istimewa daripada hari hari yg lain. Berikut ini beberapa perbuatan atau amal yg sebaiknya dilakukan pada hari Jum'at.

 

  1. Sebaik baik hari

Berkumpulnya kaum muslimin ini akan memenuhi kebutuhan psikologis kaum muslim terhadap sebuah "perayaan" spiritual. Dan Islam mengapresiasikannya dalam bentuk ibadah yg justeru semakin mendekatkan diri kepada Allah. Maka ibadah hari Jum'at tidak saja memberi kepuasan psikologis,tapi juga kepuasan spiritual alias iman. Kemuliaan hari Jum'at juga didasarkan kepada hal hal lain. Seperti yg dijelaskan hadist Rasulullah saw, "Sebaik-baik hari dimana matahari terbit pada hari itu ialah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan,pada hari itu ia masuk surga. Dan pada hari itu ia dikeluarkan dari surga itu." ( HR. Muslim )

 

  1. Hari Peringatan

Selain sebaik-baik hari,hari Jum'at juga merupakan hari peringatan. Apa maksudnya? Sebagai peringatan yg harus diwaspadai setiap mukmin,jangan jangan hari Jum'at yg akan kita lewati adalah hari dimana kiamat datang. Soal ini jarang sekali manusia yg menyadari. Rasulullah saw menjelaskan, "Tidaklah makhluk melata kecuali pasti sangat cemas pada hari Jum'at sejak subuh tiba hingga matahari terbit,karena takut jika kiamat datang. Kecuali manusia dan jin." (HR Ibnu Hibban).

 

Hadist ini dengan tegas menjelaskan,betapa para binatang saja sangat takut dan cemas bila hari Jum'at tiba. Mereka takut kalau kalau kiamat datang pada Jum'at itu. Justru yg tidak takut hanya manusia dan jin.

Kamis, 04 Februari 2010

63 Tahun HMI Berdiri



Pada hari ini genap usia HMI 63 tahun, dimana  hmi telah hidup diatas pundi-pundi perjuangan bangsa ini. 5 Februari 1947 - 5 Februari 2010 merupakan waktu yang paling lama sehingga HMI sebagai Organsasi Independen selalu menyumbangkan pemikirannya terhadap bangsa ini. Seorang Lafran Pane yang mempelopori berdirinya HMI Himpunan Mahasiswa Islam dapatlah kita katakan sebagai organisasi mahasiswa yang kini telah menjadi tertua dan mungkin juga terbesar yang kini masih tetap bertahan dan berperan dalam kompetisi organisasi pengembangan sumber daya manusia. Untuk yang terakhir dapat kita yakini bahwa organisasi yang didirikan dan diprakarsai oleh lafran pane bisa bersikap jumawa. Karena banyak faktor yang bisa membuktikan bahwa organisasi ini telah dan akan selalu menghasilkan manusia yang selalu memikirkan kepentingan bangsa dan memajukan kesejahteraan bangsa ini. Karena sudah sungguh sangat jelas tujuan organisasi ini, yaitu seperti yang termaktub dalam pasal empat Anggaran Dasar, terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridlai Allah Subhanu Wa Taala.

Keyakinan berorganisasi ini bahkan seringkali dalam perkembangan lelucon sosial ini menjadi sub-budaya dalam tata pergaulan sosial masyarakat Indonesia. Bahkan perjalanan kehidupan organisasi HMI sudah menjadi fenomena sosial yang terstruktur. Baik secara politik juga perkembangan pemikirannya. Tentu dalam kehidupan memiliki semangat, ini juga yang terjadi pada tubuh HMI. kadangkala semangat ini menaik juga menurun. Tergantung semangat zaman dan pemaknaan dari para anggota dan pengurusnya untuk menjadikan zaman mereka adalah investasi bagi masa depan mereka.

Bukankan sudah disebutkan tadi bahwa HMI kini sudah menjadi fenomena sosial, yang telah diakui secara sosial, dengan meminjam bahasa Ridwan Saidi, Social Recognition. Maka kehidupannya juga sungguh menarik untuk ditelaah secara singkat dan ringkas.


HMI, organisasi mahasiswa=kelompok strategis

Baiklah kita di sini menegaskan alasan keberadaan maupun kebutuhan akan organisasi ini. Secara historis, lafran pane menginisiasi kebutuhan penyeimbang dari kaum terpelajar Islam untuk ikut serta mempertahankan Negara Kemerdekaan Republik Indonesia. Sementara itu, juga mengisi ruang yang selama ini diisi oleh kaum yang bukan muslim dalam struktur elit terpelajar di Indonesia. Maka, dengan demikian tujuan organisasi ini sudah seharusya diarahkan untuk melahirkan elit-elit mahasiswa yang siap sedia berpikir untuk mewujudkan masyarakat sesuai dengan tatanan sosial yang diinginkan oleh ajaran Islam, suatu masyarakat atau negara yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.

Dengan menjadi kelompok strategis, organisasi ditujukan untuk mengisi ruang sosial yang berguna bagi umat dan bangsa sesuai dengan slogannya, HMI adalah kader umat dan kader bangsa. Nah, bagaimana dengan perkembangan zaman yang membutuhkan keseriusan untuk membaca tanda-tanda khasnya. Kebutuhan zaman hanya bisa dikenali melalui proses sosial yang berkembang pada masyarakat. maka seringkali kita mengatakan bahwa setiap zaman mempunyai ikonnya sendiri. Secara singkat dan ringkas kita bahasakan bahwa rpogram pengkaderan HMI harus mampu melahirkan kader-kadernya menjadi manusia zaman. Sehingga program-program pembinannya selalu menyertai pembacaan zaman, tidak menjadi seorang manusia yang ahistoris. Dengan demikian kader-kader HMI tidak gamang atas perubahan yang terjadi disekelilingnya. Dia, mahasiswa, yang selalu menjadi pemimpin dan pembentuk pola kehidupan. Bukan hanya puas dengan menjadi pengikut.

Pemahaman kader HMI harus memiliki kedalaman dan ketajaman, sehingga mampu memberikan pencerahan bagi umat. Apa yang dimaksud dengan Kuntowijoyo sebagai nilai kenabian, maka seorang mahasiswa yang aktif di HMI harus mampu menangkap pesan dari peran maupun fungsi nabi yang diutus Tuhan untuk melakukan pencerahan bagi umatnya. Fungsi dan kegunaan seorang mahasiswa pada akhirnya menjadikan ia pemimpin bagi umatnya. Pemaknaan ini juga diiniasiasi oleh Nurcholish Madjid sebagai kesadaran Rabbaniyah. Kesadaran yang harus dimiliki oleh manusia untuk menjadikan dirinya berguna bagi manusia lainnya.
Maka dengan demikian mahasiswa yang tergabung dalam HMI harus menjadikan dirinya pelopor dalam segala bidang yang menuju kebaikan, amar ma'ruf. Juga selalu menjadi yang terdepan untuk mencegah kemungkaran, nahiy mungkar. Peran kejuangan ini sungguh menjadikan dirinya dan kehidupannya menjadi sakral di tengah kehidupan mahasiswa yang semakin pragmatis, materialis dan hedonis. Profanisasi kehidupan yang menjadi gejala destruktif dewasa ini dapat terbendung dengan melahirkan manusia yang masih mempertahankan nilai-nilai sakral keislaman dalam pemaknaan kehidupan.


Menyegarkan pemahaman keindonesiaan

Dalam perjalanannya, HMI dengan dinamika internal organisasi mampu menjadi yang terdepan untuk mempertahankan keutuhan negara ini. Kita tentu mengingat bahwa peran kepeloporan HMI dalam membentuk arah perjalanan bangsa ini, Setidaknya mampu melahirkan kelompok pemikir pembaharu Islam yang cukup disegani, sekelompok pemberdaya masyarakat, sekelompok birokrat yang mampu mengisi ruang maupun peran strategis bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di sinilah perlu ditekankan peran dari pengkaderan HMI yang dimaksudkan Ridwan Saidi sebagai Fenomena sosial yang telah mendapatkan social recognition, bahkan lebih ekstrem lagi telah menjadi fenomena sub-budaya baru dalam struktur sosial maupun budaya di indonesia.

Akan tetapi kini peran kejuangan dan kepeloporan dari kader HMI dipertanyakan dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Ironisnya pertanyaan itu sengaja dimunculkan di tengah posisi strategis alumninya di masyarakat sosial dan masyarakat politik, baik menjadi posisi formal pemeritahan yang strategis maupun posisi yang nonformal tetapi juga sangat staregis.

Pertanyaan itu wajar saja timbul ketika harapan masyarakat pada organisasi ini tidak pernah surut, meskipun lambat laun masyarakat akan melupakan organisasi ini ketika sudah tidak lagi memperjuangkan kepentingan-kepentingan umat berdasarkan sifat organisasinya, independen. Keindependensian ini menjadi kekuatan sehingga menjaga stamina kritis mahasiswa sebagai kelompok terpelajar dengan melihat kenyataan sosial seperti adanya berdasarkan kaca mata akademik dengan latar keislamannya.

Maka, apabila menurut HMI kenyataan sosial itu justru sangat bertolak belakang dengan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan nilai keislaman. Maka ia harus menjadi terdepan untuk meneriakkan dan merumuskan jalan keluarnya. Sekali lagi ruhnya adalah kaca mata akademik dan keberpihakannya pada kaum yang tertindas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Maka disinilah paham keislaman HMI selalu mengkonfirmasi perjalanan keindonesiaan untuk menjalankan amanah konstitusi dan janji kemerdekaan seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Seperti halnya pemberantasan korupsi yang sedang menjadi perhatian utama bangsa ini, bagi kader HMI, ketika korupsi ini dibiarkan terjadi maka janji kemerdekaan akan semakin jauh untuk diwujudkan dan kader akhirnya membiarkan penindasan kemanusiaan terjadi. Oleh karena itulah, bagi HMI pemberantasan korupsi adalah semangat zaman untuk menjadi pelopor dalam menciptakan Indonesia bersih sehingga terwujud masyarakat adil, makmur yang diridhai Allah SWT.

Penulis : Ahmad Nasir Siregar, Sekretaris Jenderal PB HMI

Senin, 01 Februari 2010



Prof.Drs.H. LAFRAN PANE; GENERASI KETIGA INTELIGENSIA MUSLIM INDONESIA

Almarhum Prof.Drs.H.Lafran Pane (Wafat 25 Januari 1991) adalah tokoh pemrakarsa pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan pemrakarsa proklamasi, namun hanya masyarakat terbatas yang mengenalnya.

Yudi Latif, Lulusan (S-3) Australian National University (ANU) dalam bukunya "Intelegensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20,hal 502 menyebutkan : Lafran Pane sebagai generasi ketiga inteligensia muslim Indonesia setelah generasi pertama (Tjokroaminoto, Agus Salim,dll), generasi kedua (M. Natsir, M. Roem dan Kasman Singodimedjo pada 1950-an), generasi keempat (Nurcholish Majid, Imadudin Abdurrahim dan Djohan Efendi pada 1970-an).

Lafran Pane lahir di kampung Pagurabaan, Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan. Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923.

Beliau adalah adik dari tokoh sejarawan terkemuka di Indonesia yaitu Sanusi Pane dan tokoh pujangga baru Armijn Pane, Ayahnya bernama Sutan Pangurabaan Pane adalah tokoh Partai Indonesia (PARTINDO) di Sumatera Utara. Sebelum masuk Sekolah Tinggi Islam (STI) latar belakang pendidikan yang utama dari Lafran Pane adalah Pesantren, HIS, MULO, dan AMS Muhammadiyah. Dia juga pernah belajar disekolah-sekolah nasionalis, seperti Taman Aksara di Sipirok dan Taman Siswa di Medan (Agussalim Sitompul 1976).

Sebelum tamat dari STI Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada bulan April 1948. Setelah Universitas Gajah Mada (UGM) dinegerikan tanggal 19 desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam fakultas Hukum, ekonomi, sosial politik (HESP). Dalam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran termasuk dalam mahasiswa-mahasiswa yang pertama mencapai gelar sarjana, yaitu tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran pane menjadi Sarjana Ilmu Politik yang pertama di Indonesia.

Mengenai Lafran Pane Sujoko Prasodjo dalam sebuah artikelnya di majalah Media nomor : 7 Thn. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, menuliskan :" Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula kelahiran HMI, kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya".
Semasa di STI inilah Lafran Pane mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (hari rabu pon, 14 Rabiul Awal 1366 H /5 Februari 1947 pukul 16.00). HMI merupakan organisasi mahasiswa yang berlabelkan "islam" pertama di Indonesia dengan dua tujuan dasar. Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Dua tujuan inilah yang kelak menjadi pondasi dasar gerakan HMI sebagai organisasi maupun individu-individu yang pernah dikader di HMI.
Jika dinilai dari perspektif hari ini, pandangan nasionalistik rumusan tujuan tersebut barangkali tidak tampak luar biasa. Namun jika dinilai dari standar tujuan organisasi-organisasi Islam pada masa itu, tujuan nasionalistik HMI itu memberikan sebuah pengakuan bahwa Islam dan Keindonesiaan tidaklah berlawanan, tetapi berjalin berkelindan. Dengan kata lain Islam harus mampu beradaptasi dengan Indonesia, bukan sebaliknya.

Dalam rangka mensosialisasikan gagasan keislaman-keindonesiaanya. Pada Kongres Muslimin Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Yogyakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia, Lafran Pane menulis sebuah artikel dalam pedoman lengkap kongres KMI (Yogyakarta, Panitia Pusat KMI Bagian Penerangan, 1949, hal 56). Artikel tersebut berjudul "Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia".

Dalam tulisan tersebut Lafran membagi masyarakat islam menjadi 4 kelompok. Pertama, golongan awam , yaitu mereka yang mengamalkan ajaran islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan seperti upacara kawin, mati dan selamatan.
Kedua, golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang ingin agama islam dipraktekan sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W.
Ketiga, golongan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh mistik. Pengaruh mistik ini menyebabkan mereka berpandangan bahwa hidup hanyalah untuk akhirat saja. Mereka tidak begitu memikirkan lagi kehidupan dunia (ekonomi, politik, pendidikan).
Sedangkan golongan keempat adalah golongan kecil yang mecoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, supaya agama itu benar-benar dapat dipraktekan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.

Lafran sendiri meyakini bahwa agama islam dapat memenuhi keperluan-keperluan manusia pada segala waktu dan tempat, artinya dapat menselaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat dimanapun juga. Adanya bermacam-macam bangsa yang berbeda-beda masyarakatnya, yang terganting pada faktor alam, kebiasaan, dan lain-lain. Maka kebudayaan islam dapat diselaraskan dengan masyarakat masing-masing.

Sebagai muslim dan warga Negara Republik Indonesia, Lafran juga menunjukan semangat nasionalismenya. Dalam kesempatan lain, pada pidato pengukuhan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), kamis 16 Juli 1970, Lafran menyebutkan bahwa Pancasila merupakan hal yang tidak bisa berubah. Pancasila harus dipertahankan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Namun ia juga tidak menolak beragam pandangan tentang pancasila, Lafran mengatakan dalam pidatonya:
" Saya termasuk orang yang tidak setuju kalau Pemerintah atau MPR mengadakan interprestasi yang tegar mengenai pancasila ini, karena dengan demikian terikatlah pancasila dengan waktu. Biarkan saja setiap golongan mempunyai interpretasi sendiri-sendiri mengenai pancasila ini. Dan interpretasi golongan tersebut mungkin akan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan zaman. Adanya interpretasi yang berbeda-beda menunjukan kemampuan pancasila ini untuk selam-lamanya sebagai dasar (filsafat) Negara ". (hal.6)

Dari tulisan diatas nampak Lafran sangat terbuka terhadap beragam interpretasi terhadap pancasila, termasuk pada Islam. Islam bertumpu pada ajarannya memiliki semangat dan wawasan modern, baik dalam politik, ekonomi, hukum, demokrasi, moral, etika, sosial maupun egalitarianisme. Egalitarianisme ini adalah faktor yang paling fundamental dalam Islam, semua manusia sama tanpa membedakan warna kulit, ras, status sosial-ekonomi.

Wajah islam yang seperti ini selazimnya dapat dibingkai dalam wadah keindonesiaan. Wawasan keislaman dalam wadah keindonesiaan akan sesuai dengan perkembangan waktu dan tempat. Untuk kepentingan manusia kontemporer diseluruh jagat raya ini sebagai rahmatan lil alamin.

Sinkat kata, Lafran Pane Layak dijadikan tokoh nasional bahkan pahlawan nasional. Kerana HMI Organisasi yang didieikannya telag lahir tokoh-tokoh bangsa di negeri ini seperti seperti Dahlan Ranuwiharjo, Deliar Noer, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafi Maarif, Kuntowijoyo, Endang Syaifuddin Anshori, Chumaidy Syarif Romas, Agussalim Sitompul, Dawam Rahardjo, Immaduddin Abdurrahim, Ahmad Wahib, Djohan Effendi, Ichlasul Amal, Azyumardi Azra, Fachry Ali, Bahtiar Effendy, dll,
Terdapat juga tokoh-tokoh sosial-ekonomi-politik seperti HMS Mintaredja, M,Sanusi, Bintoro Cokro Aminoto, Ahmad Tirtosudiro, Amir Radjab Batubara, Mar'ie Muhammad, Sulastomo, Ismail Hasan Metareum, Hamzah Haz, Bachtiar Hamzah, Ridwan Saidi, Jusuf Kalla, Amien Rais, Akbar Tanjung, Fahmi Idris, Mahadi Sinambela, Ferry Mursyidan Baldan, Hidayat Nur Wahid, Marwah Daud Ibrahim, Munir SH, Adyaksa Dault, Abdullah Hemahua, Yusril Ihza Mahendra, Syaifullah Yusuf, Bursah Jarnubi, Hamid Awwaluddin, Jimlie Asshiddiqi, Anas Urbaningrum, dan masih banyak lagi.

Sumber; Hariqo Wibawa Satria (Rico Ws)

Template by : kendhin x-template.blogspot.com